.

.

Senin, 01 Februari 2010

Shofar

Bulan Shofar adalah bulan kedua dalam penaggalan hijriyah.Orang Jahiliyah kuno sering mengatakan bahwa bulan Shofar adalah bulan sial. Bahkan, di dalam dunia modernpun, masih banyak yang meyakini bahwa bulan Muharram (al-Syura’) dan Shofar adalah bulan sial. Memang benar, pada 10 Muharram (al-Syura’) banyak insiden menimpa para Nabi, sahabat, dan para ulama’. Sehingga, banyak orang yang mengira bahwa membuat acara, seperti mantu (akad Nikah), bangun rumah dan lain sebagainya akan menimbulkan dampak yang negative.
Terlepas dari beragam pendapat yang berkembang, para ulama’ sholih pernah mengatakan:’’ Sesungguhnya didalam bulan shofar itu akan turun sebuah bala’ (musibah) besar pada hari Rabu. Musibah itu akan diturunkan pada hari tersebut.
Menurut sebagian riwayat, kaum Nabi Hud a.s memperoleh dua siksaan yang berturut-turut (mustamir):
1. Pembalasan Tuhan terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua peringkat. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak akan memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebun mereka seperti biasanya.Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih akan memberi kesempatan kepada mereka untuk sadar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar hujan segera turun kembali dan terhindar dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mau percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka untuk memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
2. Tentangan mereka terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawaban dengan datangnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena dikiranya bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan.
Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud : “Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awan rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah aku janjikan dan kamu nanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dustakan ". Sejurus kemudian menjadi kenyata'anlah apa yang dikatakan oleh Nabi Hud itu bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan dan merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya. Membawa berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda serta melempar jauh binatang-binatang ternak mereka. Keadaan kaum Aad menjadi panik .Mereka berlari kesana-kemari mencari perlindungan. Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan anaknya. Sedang rumah-rumah mereka menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama delapan hari tujuh malam sehingga menyapu bersih kaum Aad yang congkak dan menamatkan riwayat mereka dalam keadaan yang menyedihkan.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau balau.
Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah ” Al-Ahqaf ” sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad maka pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya. Berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang dari sekitar daerah itu, terutamanya pada bulan Sya'ban pada setiap tahun.

Allah SWT berfirman, yang artinya:’’ Kaum ‘Aad pun mendustakan(pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku, Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus. Yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok korma yang tumbang” (Q.S al-Qomar (54:18-20).

Beberapa ulama’ tafsir, seperti Imam al-Bagawi menceritakan, bahwa kejadian itu tepat pada hari rabu terakhir (Yaumi Nahsin Mustamir) bulan Shofar. Dan orang Jawa pada umumnya menyebut hari Rabu itu dengan istilah Rebo Wekasan. Pada hari itulah Allah menurunkan beragam penyakit dan musibah. Wallahu'alam.

diedit dari,
http://tarbawi.wordpress.com/2010/01/13/ada-apa-dengan-bulan-shofar/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar